Kurikulum Merdeka Belajar dan Kurikulum Darurat (masa pandemi)

https://youtu.be/-6hk-nno7ZI  














Komentar

  1. 1. Pokok-pokok Kebijakan Merdeka Belajar
    - Ujian Nasional
    - Ujian Sekolah Bersandar Nasional
    - Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
    - Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru

    2. Menurut saya efisien tidaknya tergantung, karena jika pembelajaran daring dilakukan oleh mahasiswa hal tersebut dapat membentuk mahasiswa lebih mandiri dalam belajar kapanpun dan dimanapun. Sedangkan untuk anak yang masih bersekolah kiranya kurang efisien, karena perlu adanya tindakan langsung (belajar luring) dengan begitu anak dapat mengenal lingkungan sekitar.

    BalasHapus
  2. 1. Ujian sekolah berstandar nasional, ujian nasional, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan peraturan penerumaan peserta didik baru.
    4. Kesulitan yg di alami guru adalah guru kesulitan mengelola PJJ dan cenderung fokus pada penuntasan kurikulum, kesulitan yg dialami orangtua adalah mereka kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi belajar di rumah, dan kesulitan yg dialami anak/siswa adalah kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dari rumah dan mrngeluh beratnya penugasan soal dari guru.

    BalasHapus
  3. 1. - Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
    - Ujian Nasional (UN)
    - Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
    - Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi

    3. Guru: Kesulitan mengelola PJJ dan cenderung fokus pada penuntasan kurikulum, waktu pembelajaran berkurang sehingga guru tidak mungkin memenuhi beban jam mengajar, dan guru kesulitan komunikasi dengan orang tua sebagai mitra dirumah.

    Orang tua: Kesulitan orang tua dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi anak belajar di rumah dan tidak semua orang tua mampu mendampingi anak belajar di rumah karena ada tanggung jawab lainnya (kerja, urusan rumah, dsb).

    Siswa: Kesulitan konsentrasi belajar dari rumah dan mengeluhkan beratnya penugasan soal dari guru serta peningkatan rasa stress dan jenuh akibat isolasi berkelanjutan berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak.

    BalasHapus
  4. 3. Kendala yg paling utama/umum adalah terkait dengan jaringan ataupun kuota, karna tidak seluruh daerah ataupun kota memiliki akses jaringan yg bagus dan tidak semua anak ataupun orgtua itu mampu secara finansial untuk melakukan daring, dan guru tidak bisa mengontrol secara langsung peserta didik dalam pencapaian pendidikan karakter.
    4. Terkait sistem zonasi, saya bisa melihat bukti konkret yg terjadi di daerah saya yg pendidikannya tidak merata, dan rawan akan konflik antar desa. Ada kasus masyarakat yg menyegel sekolah lantaran anaknya tidak diterima karna sistem zonasi, sedangkan sekolah di zonasinya sering konflik antar masyarakat yg membuatnya takut untuk sekolah di zonasinya, dan bahkan ada yg sekolah di kota lantaran sekolah di kabupaten tidak terlalu merata dan berkualitas seperti di kota. @abubakar sidik

    BalasHapus
  5. 1. -Ujian Sekolah Berstandar Nasional (UASBN)
    -Ujian Nasional (UN)
    -Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)
    -Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi

    2. menurut saya kegiatan pembelajaran daring masih kurang efisien. karena tanpa adanya pengawasan langsung dari guru, banyak siswa yang mengesampingkan tugasnya. hal ini menyebabkan minimnya pengetahuan yang seharusnya sudah dikuasai. sistem pembelajaran daring juga menyulitkan guru, murid dan orang tua murid.

    3. -guru kesulitan mengelola PJJ dan cenderung fokus pada penuntasan kurikulum.
    -waktu pembelajaran berkurang.
    -tidak semua orang tua mampu mendampingi anak.
    -orang tua mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan motivasi anak saat mendampingi belajar di rumah.
    -siswa sulit berkonsentrasi saat belajar di rumah dan mengeluhkan beratnya penugasan soal dari guru.
    -peningkatan rasa stress dan jenuh akibat isolasi berkelanjutan berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi siswa.

    BalasHapus
  6. 2. Pembelajaran dari daring membuat anak menemukan bakat terpendam dan skill barunya dalam dunia tekhnologi, seperti halnya anak bisa main game dengan dalih sekolah daring padahal gadgetnya untuk main game, terutama bocil-bocil.😂😅

    BalasHapus
  7. 2. menurut saya sangat tidak efisien, dikarnakan banyak dari anak anak yg menggunakan medua pembelajaran iitu bukan untuk belajar malahan untuk bermain-main, misalnya seperti main game dan lain2. jika memang ada yg benar benar belajar itu hanya sebagian kecil dari anak anak yg ada di indonesia dna itu tergantung dari kekuatan orang tua dalam mengawasinya di rumah. intinya sangat tidak efisien
    4. sistem zonasi ini mebuat 2 pandangan masyarakat yaitu pandangan yg mereka inginkan dan dn yg tidak mereka inginkan. misalnya, jika sistem zonasi di terapkan dengan biaya yg tidak merata akan ada konflik antara masyarakat yg berekonomi rendah dengan yg tingi dikarnakan yg tinggi harus bayar yg tinggi yg rendah harus bayar dengan yg rendah sehingga muncul konflik kenapa dia hanya bayar segini sedangkan saya segitu, ddan lain sebagainya

    BalasHapus
  8. 1. Pokok-pokok kebijakan kurikulum merdeka belajar diantaranya ujian sekolah berstandar nasional (USBN), ujian nasional (UN), rendana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan peraturan penerimaan peserta didik baru (PPDB) zonasi.
    2. Menurut saya kurang efektif, karena bagi tenaga pengajar pun menilai secara daring sangat sulit. Selain itu, kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar dalam jaringan ini. Adanya koneksi yang buruk di daerah tertentu dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan setiap siswa.
    3. Guru kesulitan mengelola PJJ dan cenderung focus pada pnuntasan kurikulum. Tidak semua orang tua mampu menghadapi anak belajar di rumah karena ada tanggung jawab lainnya (kerja, urusan rumah dsb.). Siswa kesulitan konsentrasi belajar dari rumah dan mengeluhkan beratnya penugasan soal dari guru.

    BalasHapus

Posting Komentar